Foto: Pengurus dan anggota Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) Ziarah ke makam BW Lapian dan CH Taulu di Kawangkoan, Minahasa, Selasa 29 Juli 2025. (dok. Beritaprioritas.com)
BELANEGARA – Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) Selasa (29/7/25) siang melakukan ziarah ke makam dua tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, Bernard Wilhelm Lapian (BW Lapian) dan Charlis Choesj Taulu (Ch Taulu) di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut).
Ziarah dipimpin langsung Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 ((GPPMP) Jeffrey Rawis.
Jeffrey menjelaskan, ziarah ini dalam rangkaian HUT ke 39 GPPMP. Tujuannya untuk menggairahkan kembali jiwa semangat dan tetap melestarikan nilai peristiwa heroik Merah Putih 14 Pebruari 1946 yang telah ditunjukkan BW Lapian, CH Taulu, SD Wuisan, Lumanauw dkk.
Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua DPD GPPMP Sulut, Ferry Rende, Ketua DPC GPPMP Minahasa, Herry Warbung dan sejumlah pengurus serta para aktivis Gerakan Perempuan Merah Putih Indonesia (GPMPI).
Selesai ziarah, dilanjutkan dengan diskusi kecil di rumah kopi “Toronata” Kawangkoan. Dalam diskusi tersebut salah satu poin yang mengemuka ialah usulan GPPMP kepada pemerintah provinsi Sulut maupun kabupaten Minahasa untuk memperhatikan keberadaan monumen dan makam para pahlawan.
BW Lapian merupakan putra Minahasa pemegang Bintang Maha Putra Pratama Republik Indonesia dan telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Sedang CH Taulu ialah komandan pasukan Republik Indonesia/TRISU yang pertama di Sulut dengan pangkat Letnan Kolonel.
Jurnalis dan Anggota Dewan
BW Lapian lahir 30 Juni 1892 di Kawangkoan Minahasa, dari pasangan Enos Lapian dan Petronella Geertruida Mapaliey. BW Lapian sejak muda sudah fokus untuk memerangi kolonialisme Belanda.
Pada jaman Belanda itu, ia bahkan pernah tercatat sebagai jurnalis muda dan menerbitkan suarat kabar Fadjar Kemadjoean pada tahun 1924. Ketika pulang ke Minahasa, ia menerbitkan suratkabar Semangat Hidoep.
Karena dikenal pintar, ia terpilih menjadi anggota wakil rakyat (DPRD) dalam dua kapasitas. Satu untuk wilayah lokal, Minahasaraad (Dewan Minahasa) di Manado tahun 1930 hingga 1942 dan Volksraad (Dewan Rakyat) di Batavia untuk Hindia Belanda tahun 1938.
Militer Belanda
CH Taulu dikenal sebagai tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara.
Ia lahir di desa Kawangkoan 28 Mei 1909, anak kedua dari 13 bersaudara dari pasangan Agustinus Rawis Taulu asal Kawangkoan dan Maria Waney asal desa Rumoong, Tareran.
Rasa nasionalisme muncul karena sejak kecil hingga remaja ia melihat perlakuan tidak adil (diskriminasi) pihak Belanda terhadap warga pribumi Indonesia.
Meskipun mendapat pendidikan militer di Belanda, namun kecintaannya terhadap tanah air sangat tinggi, sehingga ia ingin membebaskan negerinya dari penjajahan.
Ajak BW Lapian
Beberapa bulan sebelum melakukan pemberontakan terhadap Belanda, Ch Taulu bertemu dan berdialog dengan BW Lapian, yang dikenal sebagai aktivis andal.
Bersama BW Lapian, Ch Taulu memimpin penyerbuan markas Belanda yang berada di Teling, yang dikenal dengan peristiwa Merah Putih di Manado pada 14 Februari 1946.
Peristiwa heroik ini menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan perjuangan kemerdekaan di luar pulau Jawa.
Aksi Ch Taulu dan BW Lapian ini sempat membuat heboh dunia terutama Amerika dan sekutu serta Belanda pada waktu itu, karena mereka juga menangkap petinggi militer Belanda di Manado, Minahasa hingga Bolaang Mongondow. (bn/SON